Monday, March 31, 2014

[JOURNEY] CLUNGUP IS OUR PRIVATE BEACH-2

Mumpung dapat pinjaman laptop dan boleh dibawa pulang, mau share sedikit banyak nih tentang perjalanan saya pada 30-31 Maret 2014. Perjalanan kali ini bukan merupakan perjalanan yang asing kalau kalian pernah buka postingan saya sebelumnya [JOURNEY] SNORKLING SPOT FROM THE MALANG SOUTH BEACH *kalau kalian belum baca silahkan dibuka yah*. Sesuai janji saya, akhirnya saya kembali ke Pantai Clungup dalam waktu dekat. Namun, perjalanan saya kali ini berbeda dengan sebelumnya, karena saya dan teman-teman memutuskan untuk berkemah disana. Agenda untuk berkemah di Pantai Clungup ini muncul ketika salah satu teman saya menyadari bahwa 31 Maret 2014 itu Hari Raya Nyepi dan we have nothing to do in that day. Dan akhirnya secara tiba-tiba kami memutuskan untuk berangkat dan berkemah disana.

Perjalanan kami tempuh dalam waktu tiga jam hingga tiba di sekitar TPI Sendang Biru. Perjalanan kali ini memang terhitung lama, karena di tengah perjalanan kami diguyur hujan yang cukup deras, sehingga kami harus memperlambat laju kendaraan dan juga kami menyempatkan untuk membeli makan malam. Setibanya kami di TPI Sendang Biru sekitar jam 21.30 WIB, kami tidak langsung pergi ke lokasi Pantai Clungup. Kami membeli ikan di TPI untuk dijadikan umpan memancing kami, karena salah satu kegiatan yang akan kami lakukan di Pantai Clungup ya memancing. Nah, saat disini pula kami menyempatkan untuk bu*ng air, sholat, atau melakukan segala aktivitas yang membutuhkan kebersihan yang khusus. Apalagi yang perempuan nih, soalnya di kawasan Pantai Clungup tidak ada toilet.

Setelah kami menyelesaikan semuanya barulah kami mulai kembali perjalanan kami. Karena baru saja diguyur hujan, maka jalan di kebun yang kami lewati pun licin dan berlumpur tebal. Motor yang kami gunakan pun sering terpleset saat melintasi jalanan berlumpur tersebut, akhirnya kejadian tak terduga menimpa kami. Salah satu motor milik teman saya sudah tidak mampu lagi berjalan di jalanan berlumpur tersebut, karena roda depan yang tidak dapat berputar akibat lumpur yang terjebak di motor. Perjalanan kami pun sempat terhenti beberapa kali untuk membersihkan motor agar roda dapat berputar kembali. Sampai-sampai kami sudah menyerah dan memutuskan untuk menitipkan motor kami di rumah warga terkahir untuk menuju Pantai Clungup. Hal ini menjadi pelajaran bagi kami, bahwa untuk pergi ke Clungup pada saat hujan atau setelah hujan, sebaiknya menitipkan motor di rumah warga daripada kehabisan waktu di jalan. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Clungup dengan berjalan kaki yang saat itu jaraknya masih jauh *entah berapa meter atau kilometer*. Kita harus berhati-hati karena jalanan licin dan saat melintasi bukit pun banyak batu-batu tajam. Ada salah satu teman saya yang kakinya terluka saat perjalanan ke Pantai Clungup karena batu tajam di perbukitan. Hal ini juga menjadi salah satu pelajaran bagi kami bahwa bepergian kemana pun harus membawa first aid kit, karena tidak ada yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi pada kita nantinya.

Shelter yang kami buat untuk berlindung dan beristirahat
Hasil tangkapan kami saat dini hari
Finally, setelah perjalanan panjang, berat, dan melelahkan kami tiba di Pantai Clungup dengan menyusuri kawasan estuari dipandu oleh penduduk sekitar yang sedang bekerja mencari gurita, karena jika kami melewati bukit seperti saat kami mengendarai motor akan sangat-sangat melelahkan. Kami berhasil tiba di Pantai Clungup sekitar jam 00.00 WIB. Meregangkan otot yang kaku dan berbaring sebentar di pasir Pantai Clungup sebelum kami mendirikan shelter di sekitar Pantai Clungup. Ya, kami memang tidak membawa tenda, hanya flysheet dan banner bekas yang kami bawa untuk berlindung dan beristirahat selama berada di Pantai Clungup. Setelah mendirikan shelter di lokasi yang cocok, maka kami pun mulai beraktivitas yang menyenangkan. Beberapa teman saya ada yang memasak, anti-mainstream saya mencoba untuk ikut teman-teman saya yang niatnya mancing ikan, karena ikannya tidak dapat, maka udang pun yang kami cari. Senang dapat melihat aktivitas biota laut saat malam hari dan untuk pertama kalinya saya melihat orang memancing udang dan bisa menangkap ikan karang yang warnanya sangat mencolok *sebelumnya ngga pernah soalnya ikan karang berenangnya gesit*. Hingga menjelang subuh kami masih terjaga, karena kami tidak ingin perjalanan kami ke Pantai Clungup hanya untuk pindah tidur saja. Setelah subuh saya memutuskan untuk tidur sejenak supaya saat matahari sudah menyinari dunia wilayah Pantai Clungup saya akan membiarkan tubuh ini basah dengan air lautnya, hihihi.



Matahari pun datang menghangatkan tubuh saya yang kedinginan akibat tidur di bawah langit. Selamat pagi dunia!! Senang sekali saat saya dapat bangun dan melihat warna hijau biru serta mendengar deburan ombak di Pantai Clungup. Melihat ombak yang terus merayu saya untuk mendatanginya, tanpa berpikir panjang saya pun berlari dan BYUR!! saya pun basah kuyup. Kesegaran air laut membuat saya tidak mengantuk dan melupakan segala beban pikiran yang ada selama ini. Terhitung beberapa jam saya berenang dan menikmati terumbu karang yang ada di sana. Ombaknya tenang sehingga aman jika kita berenang disana. Hingga tiba saatnya air laut pun pasang, saat seperti ini disarankan untuk tidak berenang, karena ombak yang besar dan arus yang kuat dapat menghanyutkan kita hingga ke Samudera Hindia. Hal ini perlu diketahui bagi kalian semua yang hendak pergi ke pantai, jangan sampai agenda berlibur kamu berujung pada maut.
Dapatkah kamu melihat kepala penyu yang berada
di permukaan air tersebut?

Sambil menunggu air laut kembali surut kami memutuskan untuk bermain pasir di pantai dan mulai memasak makanan. Salah satu dari teman saya mengambil kelapa muda yang tersedia di sekat pantai dengan memanjat. Untungnya dia memiliki keahlian memanjat pohon kelapa sekaligus membelahnya. Kesegaran alami kelapa muda dengan bau dan suara pantai yang khas menambah nikmat liburan kami di Pantai Clungup. Tak lama selagi kami menunggu air laut surut, salah satu dari saya menemukan seekor penyu yang berenang mencari makan di laut. Saya pun sangat excited untuk melihat penyu tersebut, karena tak pernah sebelumnya saya melihat penyu secara liar *kalo ngga di kebun binatang ya penangkaran deh*. Setelah kami melihat seekor penyu kami pun semakin tertarik untuk memperhatikan laut dan mencari keberadaan penyu tersebut dari pantai. Seperti orang desa yang baru datang ke kota, kami pun semakin heboh ketika mengetahui ternyata penyu yang ada didekat kami tidak hanya satu. Pengalaman ini benar-benar tak terlupakan bagi kami. Hanya saja kami kesusahan mengabadikan momen tersebut hingga akhirnya salah satu teman kami dapat menangkap gambar penyu tersebut dengan memanjat sebuah pohon.
Kawasan estuari

Bersama Mas Yogi, Lovely Master of the Sea
Mendekati jam 12.00 WIB air laut pun perlahan surut dan kembali merayu saya untuk membasahi baju yang sudah mulai mengering selagi menunggu tadi. Hal itu tidak membuat saya ragu untuk kembali berenang menikmati indahnya Pantai Clungup. Bersama keempat teman saya, saya kembali meng-explore Pantai Clungup ke lokasi yang berbeda. Dengan peralatan snorkling yang setengah lengkap kami pun menikmat terumbu karang dan ikan yang bermain-main di dekatnya. Selama satu jam kami berenang di sekitar sambil mengabadikan gambar underwater. Tepat jam 13.00 WIB kami kembali ke shelter  dan merapikan barang-barang kami untuk kemudian kembali ke Malang. Karena kami jalan kaki, kami pun tetap memilih jalur terdekat untuk kembali ke rumah warga terakhir semalam. Dengan menelusuri kawasan estuari, kami masih terpukau dengan sajian di sekitarnya. Tebing dengan berbagai macam pohon, pasir yang membentuk pola akibat air laut yang bergerak, dan keong-keong kecil yang terlihat asik bermain di pasir. Benar-benar lokasi yang indah, tak salah jika banyak blogger yang mengatakan kalau Pantai Clungup like a hidden paradise.

Climb, climb, climb
Setibanya kami di rumah warga, kami pun berisitirahat di bawah pohon kelapa. Melihat kami yang kelelahan pemiliknya pun memperbolehkan kami untuk beberapa kelapa miliknya. Kami pun tak ragu untuk segera mengiyakan tawaran segar tersebut. Salah satu teman saya memanjat pohon kelapa, kemudian ketika sampai di atas pemilik memandunya untuk memilih kelapa muda yang enak. Kelapa muda di sekitar sini agak berbeda rasanya, terasa seperti terdapat kandung alkohol, tapi tetap menyegarkan. Di bawah salah satu teman saya mengambil kelapa muda yang dijatuhkan, untuk kemudian dikupas dan dikonsumsi. Dan tidak disangka, kami telah menghabiskan lima buah kelapa muda. Sembari menunggu teman-teman beristirahat dan menikmati kelapa muda, saya pun memutuskan untuk mulai membersihkan motor saya dari lumpur yang menempel. Diikuti dengan teman-teman lainnya hingga jam 15.00 WIB pun tiba. Saatnya kami pulang, kami tak lupa bererima kasih kepada pemilik kelapa muda sekaligus warga yang kami titipkan motor. Dan kembali pulang ke Malang.
We're ready to go fishing
Doing foolish
Playing sand and drama
Fresh from the tree
Saat membersihkan motor dari lumpur
Perjalanan ke Pantai Clungup ini tak sekedar perjalanan tetapi juga petualangan. Namun, semua dari kami tidak ada yang menyesal, karena perjalanan ini berbeda, penuh tantangan dan menarik untuk diceritakan kepada teman sebaya, adik, keluarga, dan mungkin anak cucu kita kelak. Terima kasih telah membaca artikel saya dan jangan lupa untuk selalu memelihara lingkungan sekitar dengan tidak meninggalkan sampah di sekitar lokasi liburan kamu.


Best regards,

nfinung